Selasa, 25 Oktober 2011

10 KEBAIKAN YANG PAHALANYA TERUS MENGALIR

  1. Berikan Al-Qur’an pada seseorang| , setiap saat Al-Qur’an tersebut dibaca| anda mendapatkan kebaikan
  2. Ajarkan seseorang sebuah do'a . Pada setiap bacaan do'a itu, anda  mendapatkan kebaikan.
  3. Sumbangkan kursi roda ke RS dan  setiap orang sakit menggunakannya, anda mendapatkan kebaikan.
  4. Tanam sebuah pohon . Setiap seseorang atau hewan berlindung  dibawahnya atau makan buahnya, anda  dapat kebaikan.
  5. Tempatkan pendingin air di  tempat umum .
  6. Berbagi bacaan yang membangun  dengan seseorang.
  7. Libatkan diri dalam pembangunan mesjid .
  8. Berbagi CD Quran atau Do'a .
  9. Bantulah pendidikan seorang  anak .
  10. Bagikan pengetahuan ini dengan  orang lain . Jika seseorang menjalankan salah satu dari hal diatas, Anda dapat  kebaikan sampai hari Qiamat.

Saya berbahagia telah bisa sharing  dengan meneruskan artikel ini kepada
saudara-saudara kita sesama muslim yang barangkali belum mengetahuinya,
Mudah-mudahan kita dijauhkan dari laknat Allah dan seluruh mahluk karena tidak
menyampaikan (menyembunyikan) apa yang telah kita ketahui, sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Quran surah Al-Baqarah Ayat 159 :

 "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan
 dari keterangan-keterangan dan petunjuk hidayat, sesudah Kami terangkannya
 kepada manusia di dalam Kitab Suci, mereka itu dilaknat oleh Allah dan
 dilaknat oleh sekalian makhluk " .

 Dari Abdullah bin 'Amru ra, RasulAllah S.A.W bersabda: " Sampaikanlah  pesanku walaupun hanya satu ayat". Semoga Allah Ta'ala membalas 'amal  Ibadah kita. ( Mono).

Senin, 24 Oktober 2011

UJIAN DALAM DAKWAH (2 HABIS )


Banyak jenis dan tantangan yang bisa diartikan sebagai ujian dalam dakwah.

1.Rongrongan keluarga

Anak, isteri, suami, ayah atau ibu bisa menjadi aspirasi atau penambah semangat berdakwah. Tetapi di saat yang sama mereka juga dapat menjadi batu sandungan bagi seorang da’i. Mereka berpotensi memalingkan garis dakwah, mengurangi intensitas interaksi seseorang dengan dakwah atau bahkan menghentikan sama sekali gerak dakwah seorang da’i.

Bisikan, tuntutan, atau ambisi-ambisi keluarga boleh jadi menyebabkan seseorang berat kaki untuk melangkah kaki untuk melaksanakan program-program dakwah. Begitu juga keadaan keluarga baik dalam sisi ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dapat juga menjadi faktor penghambat keterlibatan seseorang dalam aktifitas dakwah.

Pada saat perang Tabuk, ada sahabat yang nyaris tidak turut serta dalam jihad karena ingin menikmati kehangatan bersama isterinya. Akan tetapi ia kemudian tersadar akan kesulitan dan penderitaan yang dialami oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya dalam perjuangan. Untuk Allah swt. mengingatkan kita:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. 64:14-15)

2. Kedengkian sesama muslim

“Batu sandungan” juga bisa datang dari sesama Muslim atau bahkan da’i. Bentuknya, semisal sikap iri dan dengki atas keberhasilan yang dicapai oleh seorang da’i. Kata ‘batu sandungan’ sengaja saya beri tanda kutip karena hal itu tidak selalu berakibat buruk bagi orang yang didengki. Sebaliknya bagi si pendengki belum tentu menjadi hal yang produktif dan mengantarkan kepada apa yang menjadi keinginannya.

Ada sebuah hadits, yang meskipun saya belum dapat memastikan kesahihannya, namun maknanyanya tidak keluar dari apa yang disamapaikan Quran dan Sunnah, yang mengatakan: “Seorang mukmin berada di antara lima ujian berat: sesama mukmin yang iri kepadanya; munafik yang membencinya; kafir yang terus memeranginya; hawa nafsu yang terus merintanginya; dan syetan yang menyesatkannya.” (Al-Firdaus Bima’tsuril-Khitab)

3. Hadangan, kekejian, dan makar orang-orang Kafir

Sejak awal sejarah dakwah yang digulirkan oleh nabi-nabi sebelum Rasulullah saw., orang-orang kafir selalu berdiri sebagai penghadang dakwah. Untuk menghentikan laju dakwah, mereka melakukan berbagai upaya dari mulai rayuan hingga pembunuhan. Dalam Quran Allah swt. banyak mengingatkan kita, para da’i tentang makar orang-orang kafir ini. Salah satu hikmahnya adalah agar kita senantiasa memiliki kesiapan mental saat menghadapinya. Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya". (QS. 34:34)

Di ayat yang lain dinyatakan, Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapatkan siksa yang pedih dari kam.i" (QS. 36:18)

Khusus untuk Rasulullah saw., Allah swt. menggambarkan ujian dalam bentuk makar orang-orang kafir dalam firman-Nya, “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS. 8:30)

Allah juga swt. menegaskan bahwa orang-orang kafir tidak akan pernah berhenti memusuhi dakwah. Firman-Nya:

“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. 2:217)

Biasa juga orang kafir membuat jebakan yang dikamuflase dengan kepentingan atau keuntungan dakwah. Ini pernah dialami oleh Rasulullah saw. sendiri. Orang-orang kafir Quraisy menawarkan kepada Rasulullah saw. agar beliau bersedia mengusap-usap patung-patung mereka. Mereka berjanji jika beliau berkenan melakukannya mereka akan masuk Islam dan mengikuti Rasulullah saw. Hampir saja beliau terpengaruh dan mengikuti tawaran mereka, jika saja Allah swt. tidak segera mengingarkan beliau dengan firman-Nya:

“Dan sesungguhnya mereka hampir mamalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka. kalau terjadi demikian, benar-benarlah, Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami.” (QS. 17:73-75)

4. Kekejaman Penguasa Zalim.

Penguasa zalim juga memiliki andil dalam merintangi dakwah. Baik dia penguasa kafir maupun penguasa yang mengaku Muslim. Dalam sejarah tercatat para ulama yang menjadi korban kekejaman penguasa zalim. Sekedar menyebut contoh, Sa’id Bin Zubair sang ulama tabi’in, Imam Ahmad, Imam Ibnu Taimiyyah. Dan tidak perlu jauh-jauh, di negeri kita sendiri hal itu dapat kita saksikan dan rasakan. Di tahun 80-an tidak sedikit para da’i yang dijebloskan ke bui dan diintimidasi saat mengingatkan khalayak terhadap bahaya kristenisasi atau saat menentang cara-cara paksa program Keluarga Berencana. Bahkan hingga hari ini, masih terjadi penangkapan terhadap da’i yang oleh sebagian kalangan dinamakan aksi pemberantasan terorisme.

Tentu saja masih banyak jenis dan bentuk rintangan dan ujian di jalan dakwah. Karenanya, ingin berdakwah tapi tidak mau berhadapan dengan kesulitan?
Jangan harap itu akan membuahkan hasil bagi orang lain dan menjadikan hati terbalut iman dengan mantab.
( Mono).

UJIAN DI JALAN DAKWAH ( 1 )

Jalan dakwah memang merupakan jalan yang penuh ujian, rintangan dan tantangan.

Betapa tidak. Sebagai manusia saja, tanpa dikaitkan dengan urusan keimanan tidak pula dengan urusan dakwah, seseorang pasti berhadapan dengan ujian dan tantangan, apalagi sebagai manusia mukmin.

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya karena mereka mengatakan kami beriman, padahal mereka belum diuji?” (QS. 29:1-2).

Apalagi bila orang mukmin itu berdakwah. Maka ujiannya pun akan lebih berat lagi. Sebab selain ujian atas keimanannya Allah juga akan mengujinya dalam hal konsistensi di jalan dakwah.

Secara garis besar ujian dakwah dapat dibagi dua: ujian berupa kesenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan serta ujian dalam bentuk penderitaan, kenestapaan, dan kesulitan. Allah swt. telah mengingatkan hal ini dalam ayat-Nya,

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. 21:35)

Contoh konkrit kedua bentuk ujian ini tertera dalam firman-Nya,
“Dan ingatlah (hai para muhajirin), ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolonganNya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.” (QS. 8:26)

Maka bila berjalan di lahan dakwah maka segala tantangan dan rintangan pasti menghadang. Dan itu yang pasti menyebabkan lahan itu menjadi subur dan berbuah. Atau memang sengaja dibiarkan yang akhirnya lahan tidak subur  dan tandus  yang akhirnya tidak berbuah. ( Mono)

JANGANLAH BERSEDIH

sumber: http://www.motivasi-islami.com/janganlah-kamu-bersedih/
Mungkin Anda pernah membaca ayat ini: “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.” (At-Taubah:40) Lalu, bagaimana jika kita tetap merasa bersedih? Ini artinya ada sesuatu yang salah dalam hati kita. Dalam ayat diatas, kita tidak perlu bersedih sebab Allah beserta kita. Jika kita masih tetap saja bersedih, artinya kita belum merasakan kedekatan dengan Allah. Yang dimaksud bersedih bukanlah berarti menangis. Menangis dalam rangka takut dan berharap kepada Allah malah dianjurkan supaya kita bebas dari api neraka. ersedih yang dilarang adalah kesedihan akibat ketidaksabaran, tidak menerima takdir, dan menunjukan kelemahan diri. Bersedih Itu Manusiawi Para Nabi bersedih. Bahkan Rasulullah saw pun bersedih saat ditinggal oleh orang-orang mencintai dan dicintai beliau. Namun, para Nabi tidak berlebihan dalam sedih. Para Nabi segera bangkit dan kembali berjuang tanpa larut dalam kesedihan. Bersedih Tidak Diajarkan Bersedih (selain takut karena Allah) tidak diajarkan dalam agama. Bahkan kita banyak menemukan ayat maupun hadist yang melarang kita untuk bersedih. “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS.At-Taubah:40) “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS.Ali ‘Imran:139) Rasulullah saw pun berdo’a untuk agar terhindar dari kesedihan, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran; Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur. Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud) Lalu, bagaimana supaya kita tidak bersedih? Jika kita melihat ayat dan hadits yang disebutkan diatas, setidaknya kita sudah memiliki dua solusi agar kita tidak terus berada dalam kesedihan. Pertama: dari ayat diatas (At Taubah:40) bahwa cara menghilangkan kesedihan ialah dengan menyadari, mengetahui, dan mengingat bahwa Allah bersama kita. Jika kita sadar bahwa Allah bersama kita, apa yang perlu kita takutkan? Apa yang membuat kita sedih. Allah Maha Kuasa, Allah Maha Penyayang, Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Saat kesedihan terus menimpa kita, mungkin kita lupa atau hilang kesadaran, bahwa Allah bersama kita. Untuk itulah kita diperintahkan untuk terus mengingat Allah. “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d:28) Dari ayat ini, kita sudah mengetahui cara menghilangkan kesedihan, kecemasan, dan ketakutan yaitu bidzikrillah, dengan berdzikir mengangat Allah. Saat saya mengalami kesedihan, ketakutan, atau kecemasan, ada tiga kalimat yang sering saya gunakan untuk berdzikir. 1. Istighfar, memohon ampun kepada Allah. 2. La haula wala quwwata illa billah (Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah) 3. Hasbunallaah wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya Pelindung) 4. Tentu saja, masih banyak kalimat-kalimat baik lainnya yang bisa Anda ucapkan Alhamdulillah, kesedihan, kecemasan, dan ketakutan menjadi sirna setelah berdzikir dengan kalimat-kalimat diatas. Tentu saja, bukan saja dzikir di lisan tetapi harus sampai masuk ke hati. Kedua: cara menghilangkan kesedihan ialah dengan berdo’a seperti dicontohkan oleh Rasulullah saw. Nabi pun meminta pertolongan Allah, apa lagi kita, jauh lebih membutuhkan pertolongan Allah. Maka berdo’alah. Tentu saja, masih banyak cara supaya kita tidak bersedih. Saya bisa menulis buku tebal jika mau membahas semuanya. Namun, dengan dua cara utama diatas kita akan mendapatkan mamfaat yang luar biasa. Bersedih masih mungkin kita alami, tetapi tidak lagi bersedih yang berlebihan dan berlarut-larut. Karena hidup dan perjuangan harus berjalan terus. Janganlah kamu bersedih.

Minggu, 16 Oktober 2011

Siapa Lelaki tercebur neraka karena wanita?


Ditulis kembali oleh ; MujiONO

1. Ayah

Ya seorang ayah. Apabila tidak memperdulikan anak-anak perempuannya . Ayah yang tidak memberikan dan memenuhi keperluan agama bagi anaknya, seperti mengajar sholat, mengaji sehingga si anak tahu mana yang benar dan salah. Dia membiarkan anak-anak perempuannya tidak menutup aurat, bergaul secara bebas, berperilaku tidak selayaknya perempuan muslimah dan lain sebagainya.

Seorang ayah ternyata tidak cukup hanya memberi kemewahan dunia saja tapi juga kebutuhan dan keperluan agama agar tidak ditarik oleh anak-anaknya ke neraka.

2. Suaminya

Suami, apabila tidak memperdulikan sikap dan perilaku isterinya. Cara berpakaian, pergaulannya, cara berhiasnya dan lain-lain.

Ya... apabila suami mendiamkan diri atas perbuatan istrinya yang tidak sesuai syar’i. Walaupun dia seorang alim yang ibadahnya rajin maka suami semcam ini juga berpotensi akan ditarik oleh isterinya ke neraka.

3. Kakak

Hati hati berpredikat sebagai kakak. Adik perempuan kita apabila ayah sudah tiada, mendidik dan menjaga martabat adik perempuan otomatis menjadi tanggung jawab kakak-kakaknya. Apabila “kakak” hanya mementingkan diri dan keluarganya saja. Sedangkan adik perempuannya tanpa perhatian dan akhirnya jauh dari ajaran ISLAM. Maka “kakak” ini berpotensi pula di tarik adik perempuannya di akherat kelak.

4. Anak Lelaki

Kita semua pasti disebut anak.Apabila ada kemampuan, kesempatan, cara yang tepat, kekuatan serta kemauan seorang anak untuk mengingatkan seorang ibundanya perihal kelakuan yang haram dari Islam, dan ini tidak dilakukan . Maka tunggulah tarikan ibunda kita kelak di akherat.

Betapa kuatnya tarikan perempuan disekitar kita untuk menuju ke neraka. Namun kalau dicermati lebih dalam bukan hanya perempuan saja. Semuanya saja. Baik pemikiran, orientasi tujuan hidup, keyakinan, budaya, gaya hidup dan pokoknya semua ; apabila tidak sejalan dengan syar’i akan berpotensi mengajak kita ke neraka.

Semoga kita semua tergolong dari ahli syurga yang memasukinya tanpa hisab.aamiin ( mono )